12.26.2007

sawarna...jadi petualangan karena nggak ada fasilitas

Libur 20-26 Desember kemarin saya manfaatkan untuk kabur dari kota, and the destination was Sawarna. Buat sebagian orang, khususnya surfer dan backpacker, mungkin udah nggak asing lagi nama ini, tapi buat yang belum tau, Desa Sawarna itu letaknya di Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Desa ini langsung menghadap ke Samudera Hindia, makanya ombaknya yang gede-gede sering dipake surfer untuk latihan. Meskipun udah ditetapkan sebagai desa wisata namun sarana dan prasarana wisatanya belum memadai tuh. Tapi karena sarana dan prasarananya belum memadailah yang menciptakan tantangan bagi perjalanan saya dan kawan-kawan kemaren. Nanti saya ceritain mengapa, tapi sebelumnya perlu saya informasikan bagaimana cara mencapai Sawarna, sesuai pesan orang Sawarna yang ingin desanya lebih dipromosikan.

Dari Jakarta untuk mencapai Sawarna bisa lewat Rangkasbitung-Malingping-Bayah atau lewat Bogor-Pelabuhan Ratu-Bayah. Kalau saya kemaren berangkatnya lewat Rangkasbitung, pulangnya lewat Pelabuhan Ratu biar adil. Dari Jakarta ke Rangkasbitung bisa naik bis dari Kalideres jurusan Rangkasbitung, ongkosnya saya gak tau karena kemaren berangkatnya dari rumah temen di Serpong. Kalo dari Serpong ke Terminal Rangkasbitung sih ongkos bisnya Rp 15ribu. Baru mau masuk terminal Rangkasbitung jangan kaget kalo tau-tau ada orang yang loncat ke bis dan nanyain tujuan kita selanjutnya, karena bisa jadi dia kondektur elp jurusan Bayah yang lagi nyari penumpang. Dia siap bersedia bawain tas kita sampe ke elp-nya, gratis. Tapi naek elp-nya nggak gratis, sampe terminal bayah bayarnya Rp 30ribu seorang. Jaraknya?? Ah, tinggal merem juga nyampe, tapi meremnya 5 jam!! Tips naek elp ke Bayah: pilihlah tempat duduk di jendela demi kesegaran nafas Anda, karena nanti di perjalanan elp itu akan dimuati penumpang 2 kali lipat dari kapasitas seharusnya, kalau bisa duduklah di jendela sebelah kanan, karena nanti pemandangan lautnya akan ada di sebelah kanan, kecuali kalau datangnya dari Pelabuhan Ratu tentunya laut akan ada di sebelah kiri. Selain itu, usahakan tas Anda anti air atau lindungi barang-barang di dalamnya dengan plastik, karena kalau naik elp, tas akan ditaro di atas kap mobil, kalo ujan nggak nanggung.

Selama tidur menuju Bayah, lagu nina bobo yang akan sering Anda dengar adalah: “tarahu..tarahu..tarahu..” (tahu..tahu..tahu..). Yap, elp-nya akan sering berhenti karena supirnya harus silaturahmi dengan handai taulan sepanjang perjalanan, dan setiap berhenti itulah para tukang asongan yang dagang tahu akan ngerubungin elp. Jadi nggak usah takut kelaparan sepanjang perjalanan menuju Bayah, tukang tahu siap melayani Anda.

Dari terminal Bayah tinggal naek ojek, bilang aja Sawarna ke tukang ojeknya, pokoknya sok tau aja, trus tembak aja harganya dari Rp 10ribu-20ribu. Dari terminal ke sawarna makan waktu kurang lebih 10 menit dengan pemandangan yang mantap dan wisata ojek yang tak kalah mantap pula. Kalau beruntung, tukang ojek pun bisa ngasih prolog untuk liburan kita, dibawa ngebut, menukik di kemiringan 60°, sambil diceritain tempat-tempat wisata yang ada di Sawarna, plus menikmati hutan perhutani yang menjadi gerbang Sawarna.

Btw, sebelum naek ojek, tukang ojeknya akan bertanya, “Sawarnanya mana?” maka akan lebih baik jika Anda sudah tahu akan menginap di mana. Kalo saya kemaren langsung nyebut nama sakti, “Pak Hudaya”, nggak ada yang nggak kenal mantan lurah selama 18 tahun ini deh. Bapak ini biasa menerima turis di rumahnya, baik turis lokal maupun impor. Selain menyediakan kamar, istrinya Pak Hudaya juga mau menyediakan makanan 3 kali sehari, jadi sekali lagi, jangan takut kelaparan. Masalah tarif, kalo ditanya ke Bapak dan Ibu Hudaya berapa harganya, mereka akan menjawab, “terserah”. Sepertinya kebanyakan orang Sawarna masih polos, baik hati, dan selalu menerima segalanya dengan ikhlas, karena pas saya nanya ke pemandu kami berapa harga yang dia minta, dia juga jawab, “terserah”. Jadi kira-kira aja ya sendiri. Yang pasti biaya saya liburan di Sawarna kemaren selama 2 malam ditambah ongkos-ongkosnya nggak lebih dari Rp 300ribu.

Selain rumahnya Pak Hudaya masih banyak homestay-homestay yang disediakan penduduk, bahkan kalau mau gratis pun ada, di pesantren.

Keluar dari hutan perhutani tadi, pantai pasir putih yang lebar dan barisan pohon kelapa yang rapi di sebelah kanan, perbukitan di sebelah kiri, dan kerbo-kerbo di tengah jalan jadi panitia penyambutan kedatangan kami di Desa Sawarna. Kebun kelapa di pinggir pantai tadi dulu pertama kali dibuat oleh Mr. (sesuatu) Van Gogh, yang katanya masih ada keturunan Van Gogh yang pelukis tea’.

Untuk urusan jalan-jalan selama di Sawarna saya mengandalkan Pak Mustofa, anaknya yang punya pesantren, guru bahasa inggris untuk siswa SD di sawarna, yang rumahnya di depan rumah Pak Hudaya. Karena kami ber-3, Pak Mustofa memilihkan motor sebagai moda transportasi kami, kalau Anda mau pergi rame2, tentunya moda transportasinya adalah...jalan kaki. Hehehehhe....percuma lah naek mobil juga, gak ada jalannya. Nah, seperti yang saya bilang di atas tadi, ketiadaan sarana dan prasarana jadi tantangan, ketiadaan jalan membuat saya dan kawan-kawan dibawa off-road sama Pak Mustofa cs. Kapan lagi saya naek motor di atas pematang sawah, nerabas ilalang, nyebrang sungai kecil, dan naek bukit dengan kemiringan 60° yang cuma dari tanah, licin pula. Pada akhirnya nyusruk juga sih saya ke semak-semak. Jatoh ke sawah juga pernah. Dan pake acara dorong motornya pula untuk keluar dari genangan lumpur. Tapi jangan kuatir, kejadian ini cuma terjadi pada saya, 2 temen saya yang lain cukup beruntung mendapatkan supir calon-calon pembalap off-road yang ahli.

Tujuan wisata kami selama di Sawarna adalah caving di Goa Lauk dan Goa Lalay, Pantai Legon Pari, Tanjung Layar, Pantai Ciantir, Pantai Pulau Manuk dan Hutan Perhutani. Sebenernya masih ada satu Goa lagi di Sawarna, namanya Goa Langir, tapi goa ini kayanya berbahaya karena terhubung dengan laut, jadi kalo laut pasang, goa ini terendam air laut, ditambah lagi tukang ojek saya waktu dari terminal bayah yang nyeritain kasus di goa langir maka saya nggak berminat dan nggak merekomendasikan pada Anda untuk maen-maen di sana.

Goa Lauk letaknya paling jauh dan paling sulit dijangkau dari penginapan. Motor pun nggak bisa menjangkau, jadi emang harus bertualang, jalan kaki. Perjalanan menuju Goa Lauk mengingatkan saya waktu ospek dulu, jalan di pematang sawah yang ekstra licin (ingat, saya ke sana pada bulan desember, musim hujan!), hiking, merosot-merosot di tanah, dan bahkan lebih parah dari ospek, kemarin kami harus menghadapi kemiringan 80°, nggak bisa nggak, jurus spiderman harus dikeluarkan!! Dan manjatlah gue dengan berpegangan pada batu-batu dan pohon. Dan yang lebih parah, lagi-lagi karena ketiadaan sarana dan prasarana yang menciptakan tantangan, ketika ketemu sungai selebar 10 meter yang arusnya dikit lagi bisa dijadiin modal buat rafting, lemes lah dengkul ketika saya nggak menemukan jembatan!!! Ketika Pak Mustofa bilang, “kita akan menyeberangi sungai ini”, semua bereaksi, “EMANG NGGAK ADA JALAN YANG LAEN?????” bahkan sampe akhir perjalanan pun pertanyaan kami tersebut tidak pernah mendapatkan jawaban positif. Akhirnya dengan tekad bulat setengah gila kami menyeberangi sungai itu satu per satu dengan ditemani 3 orang pemandu kami itu. Sampe di seberang sungai, dengan kaki masih gemeteran karena kencangnya arus tadi kami melanjutkan perjalanan yang masih jauh bener. Lagi-lagi, kita nggak akan kelaparan di Sawarna, selama perjalanan ada aja buah-buahan yang bisa kita petik trus makan dengan cuma-cuma, pisang, kelapa, atau salak.

Akhirnya, setelah 1 jam perjalanan, kami bertemu dengan mulut Goa Lauk yang tersohor itu (taela..). Goa Lauk punya 2 mulut, satu di atas, satu di bawah, kalo mulut yang di bawah tergenang air setinggi paha. Dengan bermodalkan cuma SATU lampu badai kami pun memasuki Goa Lauk dari mulut atas yang kering. Pemandangan di goa tentunya adalah stalagtit dan stalagmit yang masih dalam proses pembentukan, aroma di goa tentunya adalah bau kotoran kelelawar! (what do you expect gitu loh) aktivitas di goa tak lain tak bukan .......manjat-manjat lagi...merosot-merosot lagi. Sebenernya masih banyak ruangan-ruangan di Goa Lauk yang masih bisa dieksplor lagi, tapi harus turun vertikal ke bawah kira-kira sedalam 15 meter. Namun karena modal pemandu kita cuma satu lampu badai tanpa bawa tali, saya nggak mau mengulang lagi falsafah “ketiadaan sarana dan prasarana menciptakan tantangan” tadi di sini, no way!!! Akhirnya kita keluar goa melalui mulut bawah yang tergenang air setinggi paha tadi. Mengingatkan saya pada banjir februari 2007....hiks..hiks..hiks. Perjalanan kembali dari Goa Lauk masih tetap menyusuri jalan
kami datang tadi, untungnya kali ini kita menyeberangi sungai tadi pada titik yang arusnya lebih lemah, tapi tetep aja cukup kenceng sehingga bikin kami jalan miring 45°.

Setelah dari Goa Lauk kami menuju Goa Lalay, motor lagi-lagi diparkir di perkampungan terdekat, untungnya sungai kali ini udah ada jembatannya dan jalannya datar-datar aja. Goa Lalay secara keseluruhan terendam air setinggi betis dan lumpur tebal makanya kami memutuskan untuk nyeker aja. Sumpe deh, nggak tau lumpur nggak tau kotoran kelelawar, tebel banget! Tingginya sampai melebihi pergelangan kaki. Stalagtit dan stalagmit di Goa Lalay udah nggak dalam proses pembentukan kaya Goa Lauk tadi. Unfortunately....baru beberapa puluh meter masuk, lampu kita udah meredup, daripada jadi penghuni tetap Goa Lalay kami pun putar balik. Tapi saya punya berita baik dari Goa Lalay!!! Sebelumnya tumit kaki saya pecah-pecah (ya ampun, malu deh), tapi setelah diterapi lumpur/kotoran kelelawar Goa Lalay tadi ...ajaib....tumit kaki saya mulus kembali!!!!!!whuahahahahaha. Sayangnya hal ini baru saya sadari setelah saya tiba di penginapan dan bersih-bersih. Coba saya sadarnya begitu keluar Goa Lalay, pasti udah saya bawa pulang lumpurnya sekarung trus saya bisnisin, masker lumpur untuk kaki dengan merk LALAY dengan cap kelelawar!! Cukup sekali oles bo’!!!!

Setelah mandi, cuci-cuci baju, celana, dan sepatu, makan, dan shalat, kami melanjutkan wisata lagi ke Pantai Legon Pari. Untuk mencapainya kita wisata off-road yang seperti saya sebutkan tadi. Tau serem gini mendingan jalan kaki aja dah, tapi apa daya, kaki juga udah lemes gara2 perjalanan menuju Goa Lauk tadi. Setibanya di pantai, jreng..jreng...kecewalah kita. Apes bener dah, pantainya banyak sampah, nggak seperti yang diberitakan orang-orang yang pernah ke sana. Sampah yang banyak di pantai itu umumnya SENDAL!!! Sendal dari berbagai ukuran dan merk ada di pantai, niscaya kalo semua dikumpulin, gw bisa buka toko sendal. Setelah diusut, ternyata gw dateng pada musim yang salah. Dasar bodoh, musim hujan kok malah dateng ke pantai. Udah langitnya mendung, keujanan mulu, gelombang pasang laut akan membawa sampah-sampah laut ke pantai termasuk pantai di sepanjang Sawarna. Jadi sendal-sendal tadi? Diperkirakan milik korban tenggelam di laut. Then I had goosebumps. Jadi sodara-sodara, jangan ulangi kebodohan saya yang mengunjungi pantai pada bulan Desember.

Wujud pantai legon pari terdiri dari batu-batu besar dan terumbu-terumbu karang yang sudah mati, namun di beberapa lokasi terdapat kolam-kolam kecil yang masih memiliki terumbu hidup dan beberapa ikan-ikan kecil di dalamnya.

Dari legon pari kami berjalan kaki menyusuri pantai menuju Tanjung Layar. Di Tanjung Layar terdapat 2 bongkah batu ukuran jumbo yang berbentuk layar kapal. Ombak Samudera Hindia yang besar tidak menghalangi keinginan beberapa orang untuk berenang di Tanjung Layar, karena pantai ini dilindungi beting karang sehingga ombak pecah di barisan karang tersebut sebelum mencapai pantai. Untuk menikmati keindahan keseluruhan Tanjung Layar dapat dilakukan di saung di atas bukit di tepi pantai ini. Untuk mencapainya kita dapat menaiki puluhan anak tangga yang lumayan bikin ngos-ngosan, tapi sesampainya di atas, kita bisa melepas lelah di saung sambil menikmati pemandangan luasnya Samudera Hindia, Desa Sawarna, dan ditemani
burung-burung yang sibuk terbang kesana kemari.

Setelah bosan dengan perpantaian di Bulan Desember, kami kembali bermotor menuju Perhutani. Harus diakui pengalaman bermotornya lebih breathtaking daripada di hutannya. Silakan coba sendiri. Di hutan ini ternyata Mandra pernah mencoba shooting film Tarzan kota, rumah pohon buatannya masih berdiri di sini. Namun kata Pak Mustofa shooting di sana gagal dibuat karena Mandra tak kunjung dapat ilham.

Biar katanya udah bosan dengan pantai, tapi tetap saja, pantai tidak bisa dihindari di Sawarna, maka kami menuju Pantai Pulau Manuk yang memang menghadap Pulau Manuk. Alkisah Pulau Manuk dulu merupakan tempat penawanan para Romusha pada zaman penjajahan Jepang dulu yang dipekerjakan di pertambangan batubara.

Pantai ini relatif lebih ramai dibandingkan Pantai Legon Pari, Tanjung Layar, dan Pantai Ciantir. Di pantai ini pula dimana hutan langsung menghadap ke laut. Jadi kalau diperhatikan dengan seksama maka Anda akan dapat melihat gerombolan monyet di balik semak-semak yang bergoyang.

Karena cuaca yang tidak bersahabat, kaki yang sudah gempor, dan bayangan pekerjaan yang menanti, maka kami memutuskan untuk kembali ke kampung halaman masing-masing. Seperti yang telah saya sebutkan tadi, kami pulang melalui Pelabuhan Ratu, dari Sawarna kami bernotor lagi ke Terminal Bayah dan dari sana naik elp jurusan Pelabuhan Ratu dengan ongkos Rp 15ribu dan lama perjalanan hanya 2 jam. Kembali saya sarankan untuk ambil tempat duduk di jendela, dan kembali di sebelah kanan, karena lautnya ada di sebelah kanan lagi. Tiba di Terminal Pelabuhan Ratu saya menyambung naik bis jurusan bogor, bis AC tarifnya Rp 20ribu dan sampai di bogor dalam waktu 3 jam.

Btw, kalau mau tau nomor kontak pak hudaya sang pemilik penginapan dan pak mustofa sang pemandu wisata, silakan japri saya saja. Gratis!

hihihi..papua lagi

Ternyata kesempatan dateng ke papua datang untuk yang kedua kalinya...hehehehehe... walaupun masih cuma ngunjungin Jayapura dan Manokwari tapi kali ini di Manokwari saya sempet-sempetin dateng ke tempat-tempat wisata potensialnya walau cuma punya waktu 4 jam sebelum pulang lagi ke Jakarta.

Kalau ke Manokwari dan ingin jalan2 saya udah menetapkan langganan, namanya Matias, asal Numfor. Dia udah biasa nganterin turis-turis dari lokal sampe mancanegara, bahasa Inggrisnya oke-lah, secara jurusan D3-nya English for tourism. Untuk wisata keliling kota Manokwari atau daerah sekitarnya yang nggak jauh-jauh amat biasanya dia cuma ngenain tarif 50ribu per jam (kalo perginya rame-rame jatohnya jadi murah kok). Kalo untuk wisata yang agak jauh seperti ke pegunungan Arfak atau daerah pedalaman lainnya, tentunya tarifnya akan jadi beda, kalo mau tau paket-paketnya, japri aja ke saya, ntar saya forward-in e-mail penawaran paket wisata dari dia.


Jam 7 pagi Matias menjemput saya di penginapan dan kita langsung meluncur ke luar kota tepatnya ke Danau Kabori. Meskipun letaknya di pinggir jalan, danau ini masih bersih dan bening sekali, yang dateng emang jarang, soalnya belum ada fasilitas wisata sama sekali di sekitar danau. Tapi kayanya enak mancing di sini, suasananya tenang dan akan ditemenin suara burung-burung yang ramai sekali.

Menurut Matias, sebenernya ada danau yang lebih menawan lagi yang letaknya di dataran tinggi, namanya Danau Anggi, di sana ada dua danau yang oleh penduduk dinamakan danau laki-laki dan danau perempuan. Tapi karena waktu saya cuma 4 jam (!!!), saya terpaksa merelakan Danau Anggi dan berbalik arah menuju Hutan Gunung Meja. Hutan ini terletak di lingkungan Universitas Negeri Papua (Unipa) yang biasa digunakan oleh mahasiswa-mahasiswa Unipa untuk penelitian. Walaupun di hutan ini udah dibangun jalan aspal (tapi ancur) kira-kira selebar 3 meter sehingga bisa dilalui mobil, Matias mengajak saya jalan kaki untuk menikmati hutan ini dan kendaraan mengikuti kami dari belakang. Diiringi lagu-lagu Michael Learns to Rock dari angkot (supir angkotnya melankolis juga ya) saya pun mulai menikmati hutan seluas 5 Ha ini. Begitu saya turun dari angkot saya langsung disambut dengan kupu-kupu beraneka warna dan ukuran! Kupu-kupunya terbangnya cepat banget, jadi sangat susah untuk didokumentasikan, saudara-saudara. Cuma yang lagi mendarat ini yang berhasil saya orbitkan di sini.


Selain kupu-kupu tentunya ada burung (yang cuma kedengeran suaranya, wujudnya nggak jelas), laba-laba hutan (saya nggak tau nama spesies ini ada apa nggak, saya cuma ngarang, yang jelas laba-laba kaya gini gak pernah saya liat di kota), kaki seribu (Matias nyebutnya laen, tapi saya lupa dia nyebutnya apa, yang jelas hewan ini kakinya banyak trus badannya bisa melingker), dan uler yang saya gak mau merhatiin lebih lama lagi bentuknya, refleks kabur bo’!

Kalo soal tumbuhan, yang banyak tumbuh tentunya pohon matoa yang tinggi-tinggi, dan di deket pucuk pohon itu biasanya ditumbuhi anggrek, karena letaknnya tinggi jadi saya nggak bisa motret bunganya (maap ya para pecinta anggrek),tapi saya berhasil motret daunnya kok, jadi bisakah Anda menebak jenis anggreknya???


Di puncak, Matias menunjukkan kepada saya tugu peringatan kekalahan Jepang pada perang dunia II yang dibuat oleh pemerintah Jepang pada tahun 1956. Tadinya tugunya dibuat dari perunggu, tapi kata Matias abis itu perunggunya dipretelin orang, akhirnya diganti jadi pake batu aja. Sebenernya dari tugu ini bisa melihat seluruh Kota Manokwari, tapi karena semak-semak yang udah tinggi sekali saya jadi nggak bisa liat apa-apa. Sebagai ganti pemandangan, rekannya Matias, Leo yang sarjana kehutanan, bercerita tentang tentara Jepang nyasar yang pernah dia temui waktu kecil dulu. Jadi ada seorang tentara Jepang (nyebutnya apa sih? Nippon ya?) yang pada jaman PD II dulu terpisah dari pasukan trus bersembunyi ke dalam hutan sampe bartahun-tahun lamanya. Pas ditemukan penduduk pada tahun 80-an dengan rambut sepanjang rambut gadis sunsilk, kulit dekil, dan nggak bisa ngomong bahasa lain selain bahasa Jepang, dia masih takut-takut ngadepin orang. Kemudian didatengin lah penerjemah bahasa Jepang khusus dari Jakarta untuk ketemu dia, setelah ngerumpi-rumpi, diketahuilah bahwa dia kira dunia masih perang. Akhirnya tentara ketinggalan kereta itu pun dipulangkan ke keluarganya di Jepang.

Hari sudah mulai siang, saya harus segera kembali ke penginapan untuk bersiap-siap pulang, tapi yang namanya alam Papua (Barat) yang beda sama Jawa, saya nggak bisa nahan godaan untuk mampir dulu di puncak bukit memandangi kapal Pelni yang akan masuk Pelabuhan, kapal yang kayanya jadi impian Leo untuk dinaikin, istirahat di pantai sambil minum air kelapa muda, baru pulang.

Dasar apes, udah jalan-jalannya dipersingkat demi nggak ketinggalan pesawat jam 13.15, nggak taunya pesawatnya didelay sampe jam 17.30!!!!!! Sakit kepala gw.

11.25.2007

first time to papua and west papua

waahhhhh....akhirnya gw jamah juga indonesia timur!! thanks to the state! hehehehe...kalo bukan karena kerjaan tentunya gak akan gw nyampe papua, kecuali kalo udah kelebihan duit.

waktu masih di langit papua (alias belum landing) udah ketahuan banget bedanya pulau ini sama pulau2 lain di Indonesia, dari atas udah keliatan bukit2nya yang gede-gede, hutannya yang rapet2, dan dikitnya jalan yang menghubungkan satu kampung dengan kampung lainnya. oleh karena itu, sodara-sodara....senekad-nekadnya gw yang demen jalan2 sendirian, kagak berani dah gw jalan sendirian di sini. kagak bakalan ada penunjuk jalan atau information center di dalem hutan.
selaen beda dari atas, waktu di darat pun Papua itu emang beda ama Jawa. Kalo di Jawa, hewan yang biasa keliaran di pinggir jalan biasanya kan ayam, kambing, kerbau, atau kucing, nah kalo di Papua hewan yang keliaran di pinggir jalan, BAHKAN DI TENGAH JALAN, adalah anjing dan BABI!!!! Bukan babi biasa aja, babi hutan juga ada yang mejeng di tengah jalan raya. Babi di tengah jalan itu yang bikin kita was-was, bukan karena takut diseruduk, tapi justru kita yang takut nabrak mereka, masalahnya kalo sampe tuh babi tewas, urusannya bakalan panjang, penduduk yang memiliki sang babi bakalan menuntut ganti rugi berupa uang, tuntutannya juga bukan tuntutan biasa, seperti yang gw bilang tadi urusannya bakalan panjang, tuntutan mereka itu selain ngitung kerugian berdasarkan harga babi yang tewas, mereka juga ngitung kerugian karena kehilangan potensi calon anak2 babi itu, calon cucu2nya, dan calon cicit2nya yang BELUM LAHIR!!! nahh....panjang kan urusannya????
ayo tebak, apa lagi perbedaan kasat mata antara papua dan jawa??? orang2 yang keliaran item2 keriting??? salah! malah banyak pendatang di sini. Semua orang2 yang berinteraksi ama turis macam gw ini malah bukan orang papua. yang ada orang jawa, sulawesi, atau maluku. Karena pendatang2 ini lah yang berprofesi sebagai supir taxi, resepsionis hotel, karyawan restoran, atau pedagang. Pada jadi apakah orang papua?? selain jadi pegawai pemda kebanyakan mereka jualan buah pinang yang biasa dipake kaya 'nyirih'. Lah...yang doyan ngemil pinang kan orang2 papua juga..ya kagak berinteraksi juga gw ama mereka, paling2 ama pegawai pemda gw ngobrolnya. Lain lagi kalo gw ke pedalaman, pasti yang akan terjadi adalah sebaliknya, tapi sayang disayang...saya cuma bisa ke jayapura (ibukota papua) dan manokwari (ibukota papua barat)..namanya juga kota...kagak ada yang berbau-bau eksotis.
banyak berinteraksi dengan pendatang yang lama tinggal di papua, gw diceritain soal kebiasaan, tabiat, dan pola kerja orang asli papua yang membuat gw tau sebagian penyebab kenapa papua nggak maju-maju. Kagak enak juga gw nyebutya di sini. awalnya gw masih agak sangsi sama cerita mereka, maka gw mencari 2nd opinion, masih dari pendatang, tapi kali ini akademisi, tenaga ahli UNDP, staf ahli gubernur, yang notabene lebih berpendidikan dan mungkin bisa objektif. ternyata pendapatnya sama aja. malah antar suku yang berbeda juga menanggap negatif suku lainnya. capek deh.
Selesai berurusan dengan Bappeda Papua, siang hari saya nyewa mobil+supir untuk dianter ke perbatasan Papua-Papua Nugini. ternyata perjalanannya nggak lama cuma 1,5 jam karena jalan yang udah bagus. yah..jadi 2 jam lah..soalnya saya brenti2 mulu untuk motret2. sepanjang perjalanan menuju perbatasan lewat Koya ini pemandangannya keren2, ada Teluk Yotefa, hutan...hehehehe....baik yang ada di atas atau di bawah, semuanya menarik sekali untuk difoto, sayang kemampuan gw terbatas.
nah di tempat di foto yang di sebelah ini nih.......
ceritanya saya minta brenti karena ngedenger suara burung2 di sini rame banget plus jalanan sepi, jadi foto2 dulu deh. Eh gak taunya pas udah naek mobil lagi dan mobil jalan lagi, supirnya baru ngomong, "di tempat ini nih yang biasanya banyak OPM sembunyi" .................................eeeeeee....KOK NGGAK BILANG DARI TADI??????apa jadinya kalo OPM itu khilaf dan lagi pengen latian nembak objek bergerak????
sampe di pos lintas batas, si supir brenti di pos TNI, turun, ngomong2 bentar, dan tau2 4 orang tentara udah duduk di kursi belakang! ternyata tentara2 itu juga mau ikut ke perbatasan, mau foto2 juga katanya.
mumpung lagi kebagian jaga di perbatasan, biasanya di pedalaman, berteman dengan malaria. ternyata keberadaan tentara2 yang jawa banget ini jadi mempermudah perjalanan gw menembus perbatasan. dan bener aja, gw bener2 menembus perbatasan, alias sampe nginjek papua nugini. wondering juga...kenapa gw dibiarin gitu aja ama penjaga2 papua nugini untuk ngelewatin wilayahnya. biasanya yang boleh bebas keluar masuk kan penduduk kawasan perbatasan. jadi karena emang penjagaannya longgar? gw bawa tentara? atau karena gw dikira penduduk asli?????? seitem itukah gw????
ternyata perjalanan ke perbatasan lumayan ngabisin setengah hari, gw sampe di jayapura udah maghrib. tomorrow destination: manokwari.
Manokwari, selain ibukota Provinsi Papua Barat, juga merupakan kota sucinya orang Papua, karena di sinilah misionaris pertama kali masuk ke Papua lewat Pulau Mansinam yang nggak jauh dari daratan manokwari. Kereligiusan kota ini ditunjukkan dengan billboard2 dan tugu2 yang memuat pesan2 keagamaan Kristen dan tentunya dengan Perda anti minuman keras. Di sini minuman keras bener2 dilarang sama pemerintahnya, sampe yang di rumah2 pun nggak boleh nyimpen minuman keras. katanya awalnya gara2 manokwari pernah kacau banget akibat perbuatan orang2 yang mabuk, tapi gw gak tau kejadian persisnya. Mengingat kebiasaan orang papua yang hobi minum banget, pemerintahnya canggih bener ya berani ngelarang?? padahal jayapura aja nggak ada perda kaya gitu. eh ternyata.......terang aja berani....di manokwari penduduk pendatangnya lebih banyak lagi daripada yang asli.
Kota manokwari itu lebih nggak ada apa2nya lagi dibanding jayapura....kecil, sepi, nggak ada hiburan, tapi fasilitas dasar untuk idup cukup tersedia kok. bete-nya, mungkin karena kebanyakan pendatang yang tujuan kesini itu untuk kerja, jadinya nggak ada yang bisa jawab dengan memuaskan waktu saya tanya tempat wisata di sekitar kota manokwari ke mana aja atau siapa orang yang bisa nganterin turis. huhhh...payah deh...gini nih kalo pergi kurang persiapan. padahal sebelum berangkat ke papua gw sempet browsing2, katanya di deket manokwari ada pegunungan arfak yang bisa bird watching di sana. tapi.. seperti yang gw bilang tadi...senekad-nekadnya gw jalan2 sendirian, kagak mau gw jalan2 di hutan papua sendirian. masih agak beruntung gw ternyata sang tenaga ahli UNDP tadi (yang ternyata satu almamater ama gw tapi beda 6 tahun) bersedia nemenin gw jalan2. dia ngajak gw liat pemanggilan ikan di pasir putih. pantai pasir putih itu menghadap ke samudera pasifik, ombaknya kenceng banget bo' dan jelass...keren.
gimanakah cara manggil ikan?? berdiri aja di pinggir laut, lempar rayap, tiup peluit, tunggu sebentar, dateng deh ikannya!!!ajaib. itu cara resminya, dan biasanya emang gitu katanya. tapi kemaren itu gw baru berdiri di pinggir laut aja ikannya udah pada dateng!!!!! nah lo....kok bisa????dan sang pakar pun menjawab....ikannya udah pada kebiasa, begitu liat bayang2 orang aja mereka udah pada dateng, nggak perlu dirayu2 lagi. hehehehehe.... hewan juga bisa punya kebiasaan ya? jadi keinget waktu gw ke Alas Kedaton di Bali (loh kapan gw ke bali???blm ada ceritanya ye???hehehehe...baru2 ini juga sih..nanti deh ceritanya nyusul), sama seperti ikan di pasir putih yang udah jadi objek wisata, monyet2 di alas kedaton juga udah sadar banget bahwa dirinya adalah objek wisata, ada sepasang monyet yang tadinya cuma nongkrong bengong tapi begitu ngeliat kami dateng langsung ngasih pertunjukan yang dijamin akan menarik juru foto....pertunjukan apakah itu??? topeng monyet?sirkus?makan pisang?bukan sodara-sodara...mereka...(maaf bener nih)...ML.
back to Manokwari....
karena nggak puas motret si pawang ikan dari belakang gw berniat untuk motret dari samping. dan melangkah lah gw ke tempat dia berdiri........eitt....cit..cit..cit...gubrakkk!!! pantat pun jadi korban. jadi tolong bedakan diri dengan penduduk lokal ya. kapok kepeleset di pinggir laut gw pun mundur teratur, tentunya dengan gaya jaim...sok-sok ngobrol dulu sama si pawang sebelum mundur. hehehehehe...
ngeliat laut biru kaya gitu gw jadi keinget cerita waktu di Kep.seribu, jadi pengen snorkling lagi. selidik punya selidik, sebenernya nggak jauh dari tempat itu ada terumbu karang, tapi nggak ada snorkling operatornya. sayang ya...lagi-lagi potensi wisatanya ada tapi nggak ada sarananya.
puas bersantai2 mandangin samudera pasifik, saya diajak ke prafi. prafi itu isinya perkebunan kelapa sawit yang pekerjanya kebanyakan transmigran. bener aja, sampe di sana mukanya bukan muka papua semua. kebayang deh kalo lebaran kampung ini pasti kosong melompong. sebenernya tujuan yang nganter saya itu adalah ngajak makan siang ayam goreng kampung (atau ayam kampung goreng?) di prafi. gila ya, untuk mencapai si rumah makan itu jauhhhhhh bener, dan pas liat nama rumah makannya..."sabar menanti". pas bener dah..yang mau makan emang harus sabar menanti tiba di lokasi sedangkan yang punya rumah makan juga sabar menanti tamunya nyampe. tapi durasi dari pesen makan sampe tibanya makanan di meja gak berlaku "sabar menanti" kok. dan thanks God...emang enak. ayamnya manis dan empuk, sambelnya pedes, sayang berasnya jelek.
sayang sekali mbak2 yang mengantar saya jalan2 masih punya banyak PR sehingga setelah beli oleh2 keripik sukun dan keripik keladi saya pun diantar pulang ke hotel.
kayanya masih ada yang belum diceritakan deh.....tapi karena saya juga baru keinget punya PR...sampai di sini dulu dah.

10.23.2007

first time snorkeling

Ini pertama kalinya saya snorkeling jadi mohon dimaafkan kalo ceritanya agak norak. Hehehehe…

Tanggal 20-21 oktober kemaren saya dan 4 orang teman lain pergi berlibur ke Kepulauan Seribu. Untuk pergi ke Kep. Seribu bisa menggunakan kapal dari Marina Ancol atau kapal dari Muara Angke. Kalau mau yang nyaman dan lebih cepat silakan naek kapal dari Marina, tapi kalau mau yang irit, penuh petualangan, dan Anda tahan guncangan seperti saya gunakanlah kapal dari Muara Angke. Ongkos kapal nelayan di Muara Angke Cuma ¼ dari yang Marina (Rp 25rb), jadwal berangkatnya 2 kali sehari yaitu jam 7 (malah kalo kapal udah penuh, jam ½ 7 udah berangkat) atau jam 1 siang, dan lama perjalanan ke Pulau Pramuka (pulau yang jadi pusat pemerintahan Kabupaten Kep.Seribu dan merupakan pulau yang saya tuju untuk menginap) 2,5 – 3 jam. Waktu saya pergi kemaren karena arusnya tenang jam 9 sudah sampai. Beda sama waktu saya pulang dari P. Pramuka ke Muara Angke yang naek kapal jam 1 siang, karena udah agak sore laut banyak ombaknya jadi perjalanan makan waktu 3 jam. Karena kabin kapal udah penuh dengan penumpang jadinya saya dan teman2 duduk di atap kabin, kebetulan, saya malah seneng, jadi bisa leluasa liat2 pemandangan.

Dasar norak dan semangat masih membara, baru aja duduk kita langsung jeprat-jepret sana-sini dan berbagai macam gaya dipasang, sebentar-sebentar heboh ngeliat yang aneh-aneh. Kayanya semangat foto2 kita menular ke penumpang yang laen, sampe ada bapak2 yang ikutan minta difoto…pake kamera kita! Yah…pasti ujung2nya minta dikirimin fotonya nih. Laen berangkat laen pula pulangnya. Kalau waktu berangkat kita masih semangat banget, pas pulang ke Jakarta kita malah mati gaya, soalnya udah capek dan kebagian duduk di dalem kabin kapal, gak bisa liat apa2, jadi sy mengamati orang2 di dalem kabin aja. Selaen pasukan katak di atap kabin, 4 orang backpacker (diliat dari sepatu, ransel, pakaian, dan bacaan), beberapa mas-mas yang kayanya anak pulau, yang justru menarik untuk diliatin adalah…….ibu-ibu!!!! Hehehehe… ada 1 ibu-ibu dengan perhiasan yang heboh, 1 kalung emas, 2 cincin emas, 5 gelang emas, dan 1 pasang giwang raksasa (kalo kapalnya kebalik kayanya nih ibu gak akan sempet minta tolong, udah keburu kelelep duluan karena’ atributnya). Gw udah bilang kapalnya goyang-goyang??? Pokoknya kapal ini goyangannya emang agak dahsyat, makanya ibu ini selalu resah dan gelisah, nggak bisa diem, berdiri-duduk-berdiri-duduk-berdiri, ngedumel sendiri, ngoceh2 kegerahan dan bolak-balik ngomelin para penumpang yang duduk di atap (entah apa salah mereka). Ibu-ibu yang laen ada yang mulai dari sebelum mesin kapal dinyalain udah komat-kamit tanpa henti sambil ngehirup inhaler plus mata berkaca-kaca, mas-mas di sebelahnya selalu setia menenangkan si ibu. Sedangkan ada ibu-ibu yang laen yang meluk erat-erat anaknya yang udah teler, mata udah merah berkaca-kaca juga, tapi ibu ini nggak banyak ulah kaya ibu2 yang laen, tenang kok…diem aja. Tapi pas kapal mulai miring, “AAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!” dan dia pun berhasil membangunkan gw yang tadinya udah berhasil tidur untuk membunuh kebosanan . Tengkyu dah bu.

Sampe di P.Pramuka kita langsung disambut sama pemandu sekaligus instruktur snorkeling kita dan dianterin ke homestay. Ternyata homestaynya sangat dekat, ada di depan dermaga. Homestay (that’s what they call it) yang kita tempatin menurut gw bagus, halaman dan teras lumayan luas, ada ruang tamu, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, dan AC. Tapi yang aneh (bingung juga gw nyebutnya, pelit apa kreatif?) untuk 2 kamar yang bersebelahan AC-nya Cuma 1!! Jadi tembok bagian atas kamarnya dibolongin supaya AC-nya bisa setengah di kamar gw, setengah lagi di kamar temen gw. Hehehehe…kreatif kali ya? Tapi gak merugikan kok, soalnya biar begitu kita tetep aja merasa tuh kedinginan pas tidur.

Ditemenin dengan asisten pemandu yang baru kelas 2 SMA, gw berhasil mengetahui kalau P.Pramuka itu: lebar jalannya Cuma 4 meter di seluruh pulau, gak ada mobil, kalau mau makan ayam itu nunggu kiriman dari jakarta, gak ada toko baju jadi penduduknya kalo mau beli baju pergi ke jakarta, punya satu-satunya SMA dan SMK di Kabupaten Kepulauan Seribu, punya 1 SD dan 1 SMP yang berjejer sebelahan sama SMA, banyak anak kos (murid SMA dari pulau lain), rumah sakitnya sepi (kayanya penduduk sana sehat-sehat...berenang mulu), dan aer panas untuk nyeduh popmi dihargai seribu rupiah.

Jam 11 mulai deh kita belajar snorkling. Dengan make kapal ojek, si pemandu ngajak kita untuk belajar di P.Semak Daun, pulau ini kecil banget dan gak ada penghuninya, tapi juga gak indah. Sesuai nama lah, isinya semak-semak aja. Pas udah siap, kita naek kapal lagi dan menuju.....entah di mana.....yang jelas di tengah laut. Karena airnya yang jernih, dari atas kapal sy udah bisa ngeliat karang-karangnya. Karang yang paling dekat dengan permukaan air berada pada kedalaman 1 meter dan yang paling dalem di lokasi itu mungkin kira2 5 meter. Canggih bo’, karang-karangnya berbukit, berlembah, bertingkat-tingkat, tinggi-rendah, goyang-goyang, ikannya warna-warni, imut-imut, ada yang gw kejar trus lari muter-muter. Hehehe... Juga ada ikan yang kaya lagi cari jodoh dengan masang warna-warna elektrik yang mencolok. (tapi kata national geographic mata ikan blm tentu ngeliat warna yang sama ama manusia).

Sayang karangnya memang kurang berwarna-warni walaupun ada sedikit yang warnanya marun, biru, dan kuning. Dan tentunya yang paling populer pun ada, banyak malah......bulu babi!!!!hehehehe...Kata si pemandu gak usah panik kalo ngeliat bulu babi, dia kan gak bisa berenang, Cuma jalan aja, jadi selama kita tetep ngambang di atas ya gak akan nyenggol, lagian jarak yang kita liat di aer sebenernya lebih deket dari jarak sesungguhnya, jadi kalo udah mepet-mepet sebenernya masih bisa ngeles.

Sebenernya selama snorkling si pemandu rajin menjelaskan soal berbagai hewan dan tumbuhan yang kita temuin, tapi karena kalo berkerumun di tengah rombongan kepala gw selalu ketendang orang, jadinya demi keutuhan kepala gw minggir-minggir aja dan cuman ngedengerin petuah sang guru separo-separo aja.

Puas di lokasi itu kita berlayar lagi dengan tujuan P.Air. Eits, sebelumnya kita snorkling lagi di lokasi lain, di tengah laut juga, taman lautnya lebih luas dari yang tadi dan lebih dalam. Di sini karang-karangnya malah ada yang membentuk kaya panggung bunder yang segede karpet turki, dengan ikan yang lebih rame yang suka bergerombol.

Baru deh pas tengah hari kita ke P.Air untuk istirahat dan makan. Di pantai tempat kapal kita berlabuh banyak banget buah sukun yang rontok, jadi kalo jalan agak ”menggelitik”. Warna lautnya sih menurut gw cantik. Lu liat sendiri dah di foto. Tapi ini gak seindah aslinya.

Di sini penyakit banci kamera kita pada kambuh lagi, jeprat sana jepret sini. Ngeliat hasrat kita kaya gitu si pemandu pun ngebilangin kalo ada tempat yang lebih bagus lagi di balik pulau, dia pun nyuruh asistennya, si cewek kelas 2 SMA tadi, untuk nganterin kita ke sana.

Di sinilah gw nyesel kenapa tadi turun gak make sendal. Jadi setelah habis buah sukun nan menggelitik tadi, jalan selanjutnya malah merupakan pecahan karang!!!! Di mana-mana pecahan karang!! Udah cukuplah itu karang pada nusuk-nusuk kaki gw, ditambah lagi ama panas matahari yang bikin pasirnya nambah panas!!! Gw udah serasa pemaen debus Banten yang lagi berjalan di atas pecahan botol dan bara api. Sintingnya lagi, si asisten pemandu itu jalannya cepet banget seakan-akan kakinya udah pake sepatu kuda sehingga nggak ngerasain apa yang gw rasain. Tapi perjalanan 5 menit yang menyiksa itu terbayar saat ngeliat lagun yang sepi, tenang, rapi, dengan air (yang kata kakak gw setelah liat fotonya) yang berwarna fuchsia. Kayanya enak ngelamun di sini, duduk di pinggir laut atau berbaring di lapangan golf yang ada di sebelahnya. Siapa ya yang punya pulau ini???

Lagi asik menikmati keindahan lagun itu si asisten pemandu ngajak balik ke kapal, waktunya bertualang kembali. Ternyata dia ngajak pulang lewat jalan lain...yang dengan nggak sopannya....ternyata lebih mulus dan lebih singkat daripada jalan yang tadi!!!!!! Kenapa nggak dari tadi aja lewat sini????

Pergi dari P.Air kemana lagikah kita pergi??? Yak...tentu saja snorkling lagi. Snorkling sampe keriting!! Istilah ini benar2 terjadi pada salah 1 temen gw, rambutnya jadi kriting! Mungkin karena udah sore dan kepikiran belum shalat gw jadi nggak bisa mengingat apa aja yang gw liat waktu di lokasi ini. Udah ngeliat foto2nya pun gw tetep nggak bisa inget itu di mana dan apa aja yang terjadi di situ.

Ternyata pemandu kita benar2 nggak mau bikin tamunya merasa rugi, dari sana kita dibawa lagi ke Baleho yang merupakan drum-drum minyak yang saling diikat untuk membentuk pulau buatan. Di situ ada kolam yang isinya sepasang ikan hiu......hiu apa ya namanya??? Damn...lupa lagi. Dan kolam satu lagi yang isinya peti kemas ditenggelemin untuk dijadiin terumbu karang. Salah satu temen gw yang baru saja jadi kecanduan snorkling masih pengen nyebur lagi...tapi gak jadi...karena dia liat bulu babi berkuasa di sekitar situ, tapi yang gw liat di situ kayanya Cuma kepala temen gw yang kaya bulu babi itu jadi banyak di dalam sana. :-D

Belum selesai juga jalan2nya! Kita diajak ke keramba, maksud pemandunya kali ada yang mau beli ikan buat dimakan. Tapi sayang sekali nasib para pedagang ikan, kita gak ada yang bawa duit!!hehehehe. Jadinya kita ngeliatan ikan2 di kolam aja, ada ikan buntal, ikan napoleon, clownfish, dan sejuta ikan lainnya yang terlupakan ama gw. Maafkan gw wahai para pencinta ikan. Setelah dari karamba akhirnya kita kembali ke rumah 20 menit sebelum maghrib. Niat untuk jalan2 melihat kehidupan P.Pramuka di malam hari langsung batal seketika dengan beratnya mata dan ... believe it or not... gw masih merasa goyang-goyang di atas kapal padahal gw udah di darat. Ilusi ini akhirnya meminta korban...karena jalannya masih celeng, kaki gw nabrak pintu kamar mandi dengan sukses dan tanpa keraguan. Dasar bodoh, bukannya dapet luka perang pas kena karang api kek, digigit penyu kek, nabrak batu karang kek, ini malah nabrak pintu kamar mandi!!!

How about the next day?? Langsung nyebur???? Nggak...nengokin yang di darat dulu kok. Hari itu kegiatan pertama kita mengunjungi herbarium yang isinya berbagai jenis awetan ikan, karang, kupu-kupu, dan penyu. Penyunya Cuma ada 2 sih, penyu hijau dan penyu sisik. Di sini si pemandu ngejelasin ikan dan karang yang berbahaya (emmmm???knp malah pada hari ke-2 ya??), yah gapapa lah, blm ada yang jadi korban ini. Dari herbarium kita menuju ke penangkaran penyu sisik dan selama perjalanan ke sana kita ngelewati hutan bakau wannabe plus jangkar kapal VOC yang segede dosa.

Di penangkaran penyu sisik, kolam pertama yang gw liat yang paling deket pintu adalah penyu berumur 5 tahun yang mengibakan hati. Gimana enggak, cangkangnya malah melengkung ke dalam, penyok kaya dihantem balok. Terus kerjaannya berusaha manjat2 tembok kolamnya kaya pengen keluar. Bosen kali ya?? Jadi di arah yang berlawanan gw kocok2 aja air kolamnya untuk membuat keributan, dia pun langsung ngejar arah keributan, trus gw angkat lagi tangan gw, gw kocok2 lagi air di sudut yang laen, dan berputar2lah dia. Lagi asik2 maen ama dia, si pemandu pun mengingatkan, “awas hati-hati jangan sampe tangan kamu kegigit, ntar putus” . he????? Gw pun mundur teratur pindah ke kolam laen ke kolam tukik alias bayi penyu yang masih imut-imut dan mau diajak di foto bersama.

Emmm..kayanya ada yang kelupaan......oiya...jadi pagi2 setelah shalat subuh, kita keluar ke dermaga untuk menghirup udara pagi..cieh..trus penasaran pengen liat sisi sebelah timur pulau ini, kali sunrise-nya bagus. Setelah jalan2 beberapa menit, perut udah dangdutan, jadi waktu ngeliat gerobak tukang nasi uduk kita langsung beli 5 bungkus!! Pas mau bayar baru inget...kita kan gak bawa dompet! Soalnya tadi Cuma niat ke dermaga doang. Untungnya si “snorkling sampe kriting” bawa duit 15rb. Tapi ternyata belanjaan kita 17rb. Akhirnya dengan muka sok reliable kita ngutang ke tukang nasi uduk dengan janji akan segera kembali membawa 2rb perak. Setelah dipikir2..tukang nasi uduknya kan pake gerobak..dia pasti akan keliling, gimana balikinnya ya ntar? Tapi ternyata 2rb itu masih jadi rejeki tukang nasi uduk, gak jauh kita berjalan, kita ketemu sama si pemandu dan kita pun memalak 2rb dari dia, gali lobang tutup lobang, lunas utang ke tkg nasi uduk kita jadi ngutang ke pemandu kita.

Nah di kegiatan snorkling hari ini kita diajak ke Areal Perlindungan Laut dimana balok-balok sengaja ditenggelemin tempat tumbuhnya karang-karang baru, di sini kita ketemu dengan ikan pari yang sengatnya ada di punggung bukan di ekor. Perjalanan snorkling hari ini paling jauh dari kemaren karena tempatnya yang luas jadi kita berenang kira2 1 km. Setelah ketemu ujungnya terumbu karang tau2 airnya gelap, gw tanya ke si pemandu, “ini kedalaman berapa?” di jawab, “kira2 40 meter”. Yuk balik lagi aja deh.

Dari sana kita diajak ke P.Panggang yang keliatannya lebih padat daripada P.Pramuka dan sangat berantakan. Sebenernya nggak ada apa2 di situ, tapi ada anak2 pulau yang paling tua berumur 10 tahun lagi pada cibang-cibung di laut. Yang laki-laki on “birthday suit”. Heboh banget lah mereka pas kita datang. Langsung pada ikutan naek kapal dan menginvasi kapal kita!!! Selaen jago berenang, mereka juga nakalnya minta ampun, plus haus popularitas!! Setiap ada kamera ngeker mereka langsung menyerbu untuk dipoto, padahal kan niatnya bukan moto mereka, alhasil fotonya gagal semua, ya udah sekalian aja fotoin mereka biar puas.

Nakalnya mereka, pas gw mau naek kapal, kan snorkle gw lepas dulu trus gw taro di bibir kapal, nggak ada sedetik gw taro langsung disamber sama mereka dan langsung dipake dan langsung berenang kabur!!! Dasar emang kayanya lahirnya di aer mereka malah merasa nggak nyaman pake snorkle, nggak bisa napas katanya. Siang pun tiba...kita harus kembali, karena kapal ke muara angke akan berangkat jam 1 siang. Hiks..hiks...hiks....kayanya masih betah liburan di sini.

Dan berapakah kira2 total biaya perjalanan per orang untuk penginapan, pemandu, snorkling, makan, transportasi sampe ke rumah lagi, dan lain-lain?? 400rb-an. Bisa lebih murah lagikah??

(Footnote) Efek kebanyakan snorkling: jadi bego sampe2 keramas pake sabun mandi

9.12.2007

jelajah kuburan

hari minggu kemaren, tepatnya tanggal 9 september 2007, temen kuliah gw dinah mengajak untuk ikut Jelajah Kota Toea yang diadain ama Komunitas Jelajah Budaya. Sebagai alumni Perencanaan Wilayah dan Kota dan petualang nggak modal tentu gw sangat tertarik dengan tawaran tersebut walaupun gw nggak tau sama sekali rundown acaranya dan lokasi2 yang akan dituju. Berdasarkan perintah panitia gw dateng ke Museum Bank Mandiri jam 07.30 pagi (boong deng...gw datengnya jam 8). Terkejutnya gw waktu ngeliat pesertanya....buanyak banget!!! Gw nggak ngira akan sebanyak itu..ratusan orang bo!! Agak kecewa sih gw waktu ngeliat pesertanya sebanyak itu, pasti kurang efektif nih transfer of knowledge dari panitianya. Walaupun peserta dibagi-bagi ke dalam kelompok, tetep aja masih keramean dalam 1 kelompok itu sehingga gw kepisah jauh sama pemandu kelompok gw jadi nggak bisa denger penjelasan dia deh (ditambah TOA-nya yang kayanya rusak) apalagi nanya2, kecuali kalo gw ngejar2 pemandunya terus di depan. Selaen itu, nggak enaknya keramean itu, kita jadi sangat menarik perhatian warga sekitar dan malah bisa terkesan kaya mau ngacak2 kampung orang.

Dan perjalanan pun dimulai...dan seperti dugaan gw...melihat gerombolan berkamera ini. orang2 di pinggir jalan pasti berpikir,"ini turis dari mana rame2 gini datengnya???tampangnya kok tampang pribumi semua???" hehehhe...at least..itu yang akan gw pikirkan kalo gw ngeliat gerombolan kaya gini lewat di depan gw. Dan lebih-lebih nggak enaknya lagi...ratusan orang ini diajak masuk ke kawasan perumahan padat (alias gang sempit), masuk ke gang-nya mah gw nggak masalah, orang rumah gw juga dalem gang sempit, tapi apakah penduduk gang sempit tersebut tidak berkeberatan??? kecuali kalo panitia udah ngasih kompensasi ke penduduk ya atas kericuhan yang kami buat, itu gw nggak tau persis.

ya sudahlah mari menceritakan soal penjelajahannya saja.

Keluar dari Museum Bank Mandiri kita dibawa nyebrang ke Stasiun Kota alias Stasiun Beos (Batavia Ooster Spoorweg Maschapaj) yang udah gak ada indah2nya lagi kecuali atapnya, IMHOO (In My Honestly Opinion Only) lho! Maka berfotolah gw dengan sang atap stasiun. Ternyata ada cerita yang baru gw tau soal stasiun yang dibangun sama kolonial Belanda ini. Mengikuti tradisi lokal, perancang stasiun melakukan kebiasaan memotong 2 ekor kerbau yang masing-masing kepalanya dikubur di dalam gedung dan satunya lagi dikubur di tengah jalan antara stasiun dan tugu jam yang saat ini udah ketutup pembangunan halte busway.

newsflash.....baru keluar dari stasiun kota temen gw yang lain udah ngeluh kepanasan (emang lagi panas banget sih), dia bilang pusing kalo panas dan minjem payung gue (yang ampe sekarang masih ada di dia). Aneh...padahal dia wartawan!gimana sih??(btw, temen gw ini namanya Riza, hehehehe).

Keluar dari Stasiun Kota lewat jl. jembatan batu (kalo nggak salah) kita nyebrang jalan menuju SMP 2 apa 22 gitu, yang katanya dibangun kolonial dari tahun 1910 dan dulunya hotel. Mmmmm...gw nggak terlalu terkesan, soalnya keadaannya nggak jauh beda sama SMP gw sendiri, SMP 14. Liat deh sekolah gw di Jl.Matraman Raya No.177 yang ada di depan pasar jatinegara dan di sebelah Pusat Grosir Jatinegara (PGJ) yang dulunya Jatinegara Plaza. Malah keadaan sekolah gw jauh lebih menyedihkan!! hiks..hiks...

Cabut dari sekolah itu kita jalan lagi ke Gereja Sion yang dibangun tahun 1693.Woooww...tua juga. gereja protestan itu tadinya diperuntukkan untuk orang portugis yang udah dimerdekakan. tapi..gw gak tau apa2 nih cerita soal orang2 portugis yang udah dimerdekakan ini...too bad. lagi-lagi..gw merasa gak enak berada dalam gerombolan puluhan orang mengunjungi sebuah tempat ibadah. Lu tau sendiri itu hari minggu, harinya beribadah buat orang nasrani. dan di dalem gereja emang gw liat ada orang2 yang lagi berdoa. emang nggak lagi kebaktian sih, tapi tetep aja gw merasa membuat keributan dan menimbulkan ketidaknyamanan. Jadi gw agak lama juga nongkrong di halaman gereja aja. Di halaman gereja ada 2 makam, waktu bikin postingan ini gw udah lupa nama2 di nisannya, tapi kayanya makam pendiri gereja dan ketua dewan gereja waktu gereja itu dibangun. mungkin lhoooo...temen gw ada yang ngambil fotonya sih, mungkin nanti kalo gw udah menerima fotonya gw jadi inget lagi makam siapa itu.
Bosen di halaman depan, gw muter ke belakang gereja dan ngeliat lonceng gereja. Nggak penting ya?? tapi yang mau gw katakan adalah...daripada nggak menandakan kepergian gw ke sini..maka berfotolah gw di bawah lonceng gereja itu. Heheheh..ternyata masih nggak penting pernyataannya.
Akhirnya...setelah sepertinya nggak ada lagi yang berdoa, masuklah gw ke gereja itu lewat pintu samping, just curious.
Katanya gereja ini dibangun dengan 10.000 tiang kayu pilihan, tinggi gereja ini nyampe 8 meter. Di dalam gereja ada orgel tertua yang cuma dipake seminggu sekali setiap awal bulan. Trus ada podium yang tingginya kira2 3 meter dan berbentuk kaya gelas tinggi. Di sanalah orang2 pada ngantri naek ke podium untuk difoto dari bawah. Katanya sih mau bergaya a la raja/ratu. Hehehhe...tapi jangan mengharapkan foto gw, gw nggak ikutan. Pencahayaan di dalem gereja ini emang keren dengan jendela2 besar dan tinggi yang mengelilingi ruang kebaktian, cahaya matahari berlimpah ruah di ruangan ini. Emang site bagus buat ambil foto, bikin film atau video klip.

newsflash: masih inget temen gw yang wartawan tadi, Riza??? selama di gereja dia duduk2 aja di kursi jemaat sambil ngadem.

And the trip go on...

dan berhentilah rombongan gw di depan showroom toyota!
jangan kuatir, Anda nggak salah baca, emang showroom Toyota.
Kata pemandu gw di tanah di mana showroom itu berdiri dulu pada jaman kolonial terjadi pembantaian terhadap Pieter Erberveld oleh VOC. Erberveld adalah tuan tanah berkebangsaan Jerman-thailand yang nggak mau menjual tanahnya ke VOC. Gw nggak tau dulu VOC mau bikin apa di tanah Erberveld. Dan dengan ciri khas penjajah dan pemerintahan yang korup maka ditangkaplah Erberveld, diiket kedua tangan dan kakinya ke kuda. Diiketnya kepisah lho...jadi ada 4 kuda yang terikat ke tangan dan kaki Erberveld...Anda tentu sudah dapat menduga apa yang terjadi setelah itu. Yap...kuda itu ditarik ke 4 arah yang berlawanan sehingga pecahlah tubuh Pieter Erberveld yang berusaha mempertahankan tanahnya, sehingga kawasan itu kemudian disebut dengan Kampung Pecah Kulit. Dulu di lokasi showroom itu kepala Pieter Erberveld ditusukkan ke tiang sehingga menjadi tugu peringatan bagi masyarakat untuk tidak menentang pemerintahan VOC. Tapi sekarang kita nggak akan menemukan tugu itu, udah dirubuhin waktu pemerintahan Jepang. kepala erberveld gw gak tau ditaro di mana.

dari kampung pecah kulit kami melanjutkan perjalanan ke Jl.Pangeran Jayakarta, katanya mau mengunjungi makam salah satu pangeran jayakarta, raden ageng..sesuatu...ada kok namanya, tapi ntar gw edit lagi deh ini postingan. berhentilah kita di mulut suatu gang yang lebarnya nggak lebih dari 2 meter, ternyata makamnya ada di dalam sana.

newsflash: Riza memilih nggak ikutan masuk gang, nunggu di luar aja.

Makam sang pangeran ternyata udah dirumahin, begitu masuk....biasa...bau kemenyan
sempit ah....gw keluar lagi aja (setelah numpang ngadem dengan berdiri di depan kipas angin yang ada di sebelah makam.hehehehehe)
Yaaa....karena gw nggak tertarik dengan kuburan, apalagi kuburan orang yang nggak gw kenal, maka gw nggak bahagia dengan site visit ini. Daripada nganggur di luar, maka...narsisme kembali kambuh....sperti yang dapat anda lihat pada gambar berikut (hohohoho):


newsflash: begitu gw keluar gang ternyata....Riza ilang!!!!!!where she might been???

perjalanan lanjut lagi...masih di sekitar Jl.Pangeran Jayakarta juga, setelah berjalan beberapa ratus meter kami nyebrang jalan dan masuk gang lagi. Gang inilah yang saya bilang penduduknya padat sekali yang bikin saya nggak enak hati, waktu di luar lebar gangnya ada 1 meteran lebih, begitu masuk..masuk..masukk..dan mau belok kanan ke arah makamnya....jreng..jreng...lebarnya cuman 50 cm. karena mulut gangnya kecil, penduduk banyak, dan turis lebih banyak lagi maka gw memutuskan untuk nggak ngelanjutin kunjungan ke (lagi-lagi) makam kapitan cina yang ngebantuin VOC, namanya Souw Bing Kong. Kebetulan di tempat gw menghentikan perjalanan ada penduduk yang jualan gorengan di depan rumahnya, kebetulan perut laper gw beli aja tuh gorengan, itung-itung membangun perekonomian lokal!hehehehehe.....kalo gw jadi panitia mah pesertanya gw beliin snack2 di tempat kita lewat gini, supaya penduduknya nggak merasa rugi2 amat.(paling pesertanya yang merasa rugi kok konsumsinya seadanya.hehehehe).

Selesai menziarahi kapten Souw bing kong rombongan diajak ke site terakhir, yaitu Masjid Keramat Mangga Dua Nurul Abrar yang ada di Jl. Mangga Dua Dalam. Dari luar penampilan mesjid ini sama aja kaya mesjid bobrok di daerah Pasar Senen, padahal katanya mesjid keramat peninggalan bersejarah. Begitu masuk.....ya nggak jauh beda ama keadaan di luar, atap2 udah pada bocor, tripleknya mengelupas, dsb. Tapi yang bikin gw kaget waktu masuk mesjid adalah.......loh....makam lagi!!!! baru masuk gw udah disambut sama kuburan yang dikasih pagar di sekelilingnya, maap loh...gw gak tau namanya siapa. Walaupun kemaren gw liat namanya tapi langsung lupa lagi. masuk lebih dalam lagi....loh....ada kuburan lagi!! 2 biji malah!! nggak usah capek2 nanya ke gw itu kuburan siapa.

newsflash: waktu istirahat di depan masjid gw akhirnya nelpon Riza karena dia belum keliatan juga batang idungnya. dan begitu telpon diangkat...
gw : Ja, lu di mana??
Riza : di busway!!!!

Jadi intinya Jelajah Kota Toea gw ini adalah Jelajah Kuburan!!! dimulai dari stasiun kota yang merupakan kuburan 2 ekor kebo, Gereja Sion yang ada kuburan pendiri gereja dan ketua dewan gereja, tempat pemancangan kepala Pieter Erberveld di showroom toyota, makam pangeran jayakarta, makam kapitan cina, dan 3 makam orang tak dikenal di masjid keramat mangga dua!!!!
Panitianya sengaja ya bikin acara ziarah makam sebelum bulan puasa???????Bener-bener!!!

Bukannya gw nggak mau menghormati orang2 yang sudah meninggalkan dunia dan jasa-jasanya, tapi bukan ini yang gw harapkan untuk mengenali kota tempat gw tinggal ini. hiks..hikss.....yah..mungkin lagi apes aja kali gw. Oiya, tulisan ini tidak bermaksud mendiskreditkan Komunitas Jelajah Budaya lho, gw denger acara2 mereka biasanya juga oke2, kunjungannya nggak ke kuburan aja kok, cuma emang gw aja yang nggak lucky.


9.10.2007

OUT oleh Natsuo Kirino


OUT ini menceritakan soal kehidupan para ibu rumah tangga yang terpaksa kerja shift malam di pabrik pengkotakkan makanan dengan jadwal harian yang gitu-gitu aja dan rumah tangga yang nggak bisa dibilang rukun dan berbahagia. Hingga suatu malam sebelum berangkat ke pabrik, Yayoi Yamamoto gelap mata mencekik suaminya yang akhir-akhir ini gila judi, terobsesi sama hostes di suatu klub, dan melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya. Bingung mau diapakan mayat suaminya, Yayoi minta pertolongan pada teman kerjanya, Masako, sehingga disimpulkan lah bahwa mayat sang suami akan dipotong-potong (terinspirasi sama daging2 yang mereka masukin ke kotak makanan waktu kerja di pabrik). Kerjaan ini dibantu sama satu temen kerja lagi yang bernama Yoshie, alasan mengapa dia mau bantuin......DUIT. Bukannya mata duitan, abis bener2 udah kepepet dan di bawah todongan anaknya yang pengen ikutan wisata sekolah. tadinya kerjaan nekad itu cuma mau mereka lakukan ber2 aja (Yayoi disuruh pulang ke rumah untuk bikin alibi), tapi ternyata..eh..ternyata...temen kerja yang satu lagi, Kuniko, entah beruntung atau tidak beruntung, tiba2 mengunjungi rumah Masako yang dijadiin tempat pemotongan. Ujung-ujungnya....terlibatlah Kuniko..lagi-lagi karena alasan.. DUIT. Tapi yang ini bukan kepepet, emang matre aja.
Anyway...setelah mereka mengira bisa lolos dari tuduhan pembunuhan karena polisi menduga pelakunya adalah pemilik klub yang sering dikunjungi Yayoi, nggak taunya....pemilik klub itu berniat balas dendam pada pelaku pembunuhan sebenarnya karena telah menghancurkan keberlangsungan klubnya.

Proses pencarian, kucing-kucingan, intrik, tipu daya, dan pendalaman karakter di buku ini ..asli...menarik sekali. Waktu baca resensi soal buku ini saya diperingatkan untuk memiliki kesabaran ekstra, karena alur cerita buku ini yang sangat detail dan lambat seperti khasnya pengarang-pengarang jepang, tapi begitu saya mulai membaca buku ini, saya nggak merasakan tuh apa yang dibilang sama resensi tadi, sebaliknya saya malah jadi terbenam dalam kehidupan tokoh2nya dan cenderung penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Natsuo Kirino berhasil membuat saya kesel setengah mati pada sosok Kuniko yang mata duitan dan boros abis, dia berhasil membuat saya mengasihani sosok Yoshie yang hidupnya cuma muter-muter di kerja malam, ngurusin mertua yang udah lumpuh, dan nerima perlakuan anak2nya yang nggak berbakti. bahkan...saya jadi kasian pada hampir semua tokoh-tokoh utama dan pemeran pembantu di buku ini, kecuali pada tokoh antagonisnya yang sampe sekarang saya nggak ngerti kenapa ada manusia punya pandangan hidup kaya gitu, but..it's just me. Justru yang ingin saya peringatkan sebelum membaca buku ini adalah...siap-siaplah membayangkan adegan sadis dan nggak beradab. Urut dada aja.

8.30.2007

JALAN-JALAN ITU PENTING


Udah telat dan basi banget memang kalo gw posting sekarang, karena beritanya udah terjadi sebulan yang lalu....ya maap...abis pake kena cacar segala, jadinya baru sekarang mendapatkan kesempatan dan kesunyian untuk posting. Btw, berita apaan?? Gw jamin gak akan ada yang koran, TV, radio, atau majalah yang memberitakan!!! Ya iyalah...beritanya cuma berita soal gw jalan2 backpacking....sendirian!! hehehehehehe... kecewa???? boleh pergi. penasaran??? boleh ngelanjutin baca.

Kenapa gw bisa pergi sendirian: jangan dibahas ya...
Kapan perginya: 3-5 Agustus 2007
Kemana: Singapore

Jadi suatu ketika kantor gw mendinaskan gw ke Batam, nggak pake pikir panjang lagi, ini kesempatan yang tidak boleh dilewatkan, sodara-sodara! Maka begitu acara berakhir jumat pagi, langsung lah gw cabut ke Harbour Bay Sekupang dan membeli tiket ferry PP ke Harbour Front di Singapore seharga Rp 124.500,- (psst...lebih murah kalo beli tiketnya di Bandara Hang Nadim Batam, dan gak perlu bayar seaport tax pula), bayar fiskal Rp 500.000,-, cap sana..cap sini, langsung berangkat! Kebetulan gw dateng pada waktu yang tepat karena kapalnya udah mau berangkat. Penyeberangan cuma makan waktu 45 menit, (deket ya?) bahkan setelah beberapa menit jalan kita bisa liat Batam di satu sisi dan Singapore di sisi yang lainnya, landscapenya bener2 beda, ketauan banget bedanya dah. Landscape Batam dihiasi kapal2 tanker dan pohon2, sedangkan landscape Singapore adalah gedung2 bertingkat (yang kemudian gw ketahui kalo kebanyakan gedung bertingkat di sana adalah rumah susun, istilah kerennya apartemen). Sebelum masuk ke Harbour Front, kapal ferry-nya ngelewatin Pulau Sentosa, kok nggak ngerasa di luar negeri ya?? dan perasaan saya diamini sama salah satu pejabat Departemen Kelautan dan Perikanan yang kebetulan sekapal, katanya jelas aja nggak merasa di luar negeri, soalnya tanah Sentosa Island juga tanah dari Indonesia. Makanya masih ngerasa di Indonesia, bau tanahnya masih sama!Hehehehe....

Gila! Baru keluar pos pemeriksaan di pelabuhan, gw (semua turis maksudnya) udah disambut dengan toko-toko!! Bener2 disuruh belanja deh turis2 itu. Tapi untungnya dompet gw tipis dan niat gw bukan untuk belanja..maka...bye-bye toko. Waktu masih di pelabuhan gw jg nyicipin WC umum di Singapore, pengen tau kaya apa. Ternyata walaupun didesain bagus tapi ternyata lantainya kotor, yang makenya kali ya yang bandel?? Orang Indonesia juga kali. Hehehe.. Keadaan ini juga gw temuin di WC di Paragon di Orchard Road (jangan salah, gw masuk Paragon juga cuman buat numpang pipis doang, udah kebelet banget bo! sedangkan perjalanan gw waktu itu masih panjang). Kembali ke WC yang di pelabuhan. Baru aja gw keluar bilik, langsung disambut dengan omelan Cleaning Service asal India!Masalahnya gw gak bisa nangkep apa yang dia omelin ke gw, gw cuma ngedenger "you bisa sakit nanti". Yah, apapun omelannya, maksud dia baik lah. Tapi gw nggak sakit tuh abis itu, kecuali sakit cacar seminggu kemudian, tapi cacar ini mah ketularan dari kakak gw.


Udah di Singapore tentu harus nyobain kenyamanan bertransportasinya, gw langsung beli pre-paid card MRT yang namanya EZ Link. Beli SGD15 juga sebenernya bisa dipake keliling2 Singapore sepanjang weekend, cuma karena keliling2nya gw bener2 ekstra jadi gw sampe harus isi ulang lagi. Enaknya kartu ini juga bisa dipake buat bayar bis, jadi gak perlu nyediain recehan terus dan kemana-mana tinggal mengandalkan kartu sakti ini. Coba di Jakarta bisa kaya gini juga. Masuk keretanya biar lagi rame juga nggak berebutan dan nggak berdesak-desakan di dalem. Coba di Jakarta bisa kaya gini juga.

Sebelum berangkat gw udah nge-booking tempat tidur di Betel Box Hostel. Kenapa gw bilangnya gw nyewa tempat tidur? bukan nyewa kamar? Karena yang gw sewa emang tempat tidur dan gw sekamar dengan 7 orang lain yang nggak gw kenal. Yah itulah namanya backpacking, serba hemat dan penuh petualangan. Buat yang belum tau, kalau bepergian sendirian emang lebih hemat untuk nginep di hostel, biayanya per malam rata-rata cuma SGD18-SGD20, ada yang female dorm (sekamar cewek semua) dan ada yang mix dorm (sekamar isinya beraneka ragam). Gw tentunya nyewa yang di female dorm, tapi awalnya untuk malem ke-2 gw gak kebagian tempat di female dorm, Alhamdulillah..Allah emang Maha Pengertian, hari ke-2 temen2 dari Bappenas, Catuy, Ari, Icha, dan Kiki datang dan bergabunglah gw dengan mereka di hari ke-2 di hotel lain. Kembali ke soal hostel. Selaen kamar yang barengan, kamar mandi di hostel juga makenya barengan, tapi tenang...mandinya nggak barengan kok, gantian dong. Kalo emang mau jalan2 hemat gak usah pusing2 mikirin keindahan kamar deh, kan kita tujuannya jalan2 bukan ngendon di kamar. Kamar itu cuman kita pake pas merem doang, udah melek kan langsung jalan2 lagi. Soal tempat gw menginap nih, Betel Box Youth Backpacker Hostel. Letaknya emang bukan di sekitar CBD, tapi dia ada di 200 Joo Chiat Road di Joo Chiat District. Daerah ini kaya kota lamanya, masih ada bangunan ruko2 /shophouse yang bergaya kolonial tapi udah banyak juga yang didandanin gaya baru. Di Joo Chiat banyak banget pilihan makanannya, dan hebatnya lagi Betel Box Hostel menyediakan tur keliling Joo Chiat untuk nyicipin makanan2 di area itu dan tentunya memperkenalkan yang laen2nya juga, tur ini biasa disebut Tony's Foodwalk karena yang jadi pemandu namanya Tony (padahal setelah gw liat KTP-nya namanya Tan Kim Leung sesuatu...kalo nggak salah). Tur nya gratis dooong, waktu fleksibel, karena tergantung peminat, dan yang namanya hemat, tentu tur nya jalan kaki. Tapi emang lebih enakan jalan kaki lah kalo mau datengin satu-satu warungnya. Foodwalk ini biasanya diadain malem2...sampe capek. Sebelum berangkat kita ditanyain dulu satu persatu pada nggak bisa makan apa untuk kenyamanan berwisata. Trus patungan SGD20 untuk beli makan ntar dan kalo ada sisa uangnya dikembaliin. Yang ikut tur waktu itu ada 9 orang termasuk si pemandu, 5 orang turis lainnya juga dateng sendirian, yang 2 orang temen kuliah. Mereka ada yang dari Jepang (1 orang), Scotland (1 orang), Australia (3 orang), dan Belanda (2 orang) dengan pekerjaan yang beraneka ragam, ada yang mahasiswa, pensiunan polisi, paramedis, pegawai departemen kesehatan, dan yang masih nyari kerjaan. Gw bilang kagak rugi dah nginep di sini, udah bayarnya murah, pengalamannya ekstra.


Betel Box Youth Backpacker Hostel dari luar, cuma pintu ijo yang kecil


Betel Box..di dalam




Si pemandu pertama-tama ngajakin kita ke rumah susun terdekat yang namanya Joo Chiat Complex, dia ngajak ke lantai paling atas untuk ngasi liat dulu Joo Chiat District secara keseluruhan, ngasi liat Malaysia di satu sisi gedung, dan ngasi liat Batam di sisi yang lain, tentunya sambil nyeritain kehidupan orang Singapore yang banyakan tinggal di rumah susun karena mahalnya harga tanah (Singapore kecil bo'), properti juga muahal abis. Udah dari rusun itu kita mampir ke warung yang jual kue-kue, si Tony beliin kita yang namanya epok-epok, bentuknya kaya pastel tapi isinya daging..trus pedes! Gw doyan sama kue ini. Sambil ngemil kita jalan di sepanjang ruko2 yang masih bergaya lama dimana si Tony ngoceh2 soal ruko2 itu (mmmm...biasa aja, udah pernah liat). Trus jalan lagi ke warung.....bacang!! mmmmm.....di Indonesia juga banyak!!kecuali yang isi babi, di sini nggak ada. Tapi bule-bule itu kan masih pengalaman pertama, jadi mereka awalnya kaya lagi di Fear Factor gitu, nyolek bacangnya pelan2, dicobain di ujung lidah dulu, tapi pada akhirnya....."hmmffff....it's good! mmmm...I want more" Abis appetizer, waktunya hidangan utama, kita dibawa ke restoran cili-cili padi (kalo nggak salah), nggak usah diceritain lah makanannya, chinese food lah pokoknya. Udah gembul, baru jalan2 untuk nambah pengetahuan, awalnya dia ngajak kita ke....toko ikan!!Kenapa coba? dia mau nunjukin ikan arwana yang juara dunia dan arwana-arwana lainnya yang juara RT. Dari sana baru dia ngajak ke HDB (Housing & Development Board), another rumah susun, cuma yang ini yang disubsidi sama pemerintah. Emang lebih bagus dari Joo Chiat Complex, lebih teratur, ada fasilitas olahraga, taman bermain anak2, dan ada communal space dimana saat gw dateng kakek2 dan nenek2 lagi ngerumpi sambil ngeliatin anak2 remaja yang lagi maen basket (itu malem2 bo', mereka masih nongkrong aje). Susahnya punya rumah di Singapore, apalagi dapet flat di rusun HDB ini, selaen peminatnya banyak sedangkan t4 terbatas (kaya' SPMB aje), syaratnya juga banyak, ada batas maksimum penghasilan (nggak boleh gede-gede), pekerjaan, pendidikan, dan harus udah berkeluarga. Pada titik ini lah si pemandu mengaku, "I'm 30 years old, I'm single, and I live with my mother....hix..hix..hix" Sambil ikut nontonin yang lagi maen basket, dijelasin lah soal Singapore, kenapa mobil di Singapore pada baru-baru, susahnya untuk bisa punya mobil (harus punya sertifikatnya dulu yang ketemu sama persyaratan2 lagi..coba di Jakarta bisa kaya gini), subsidi-subsidi kesehatan, pendidikan, tingkat pengangguran, kebijakan moneter Singapore (nah lo...ini siapa yang nanyain sih?) sampe cerita proses kemerdekaannya segala (maklum..waktu itu mau perayaan hari kemerdekaan Singapore). Kenapa penjelasannya bisa beraneka ragam gitu??? karena emang turis2nya aja yang nggak mau rugi, jadi banyak nanya. Jam 10 malem lampu di lapangan udah dimatiin, tandanya yang maen basket harus bubar, yang lagi ngerumpi harus balik ke flat masing-masing, dan yang turis diusir.He5x..

Dari HDB kita ke Museum Eurasian (yang spesial diminta Tony sebelumnya untuk buka sampe malem supaya kita bisa masuk), maap..emang dasarnya gw kagak berminat waktu itu, jadinya gw lupa di sana diceritain apa aja, hehehe..maap. Trus jalan sunyi (alias dilarang berisik) di depan rumah presiden untuk menuju hidangan pencuci mulut. Kita dateng ke food center yang namanya sekarang gw lupa (ada sih catetannya di rumah) dan ke warung es campur yang lagi2 spesial dipesenin buka sampe malem sebelumnya, dan kita mesen 9 macem es campur trus nyobain semuanya bergiliran (tenang..sendoknya nggak bergiliran juga). Baru kali ini gw ngeliat es campur dipakein jeruk nipis. Variasi es campurnya enak2 sih, tapi sayang gw nggak bisa mendeskripsikan, soalnya nggak semua benda di dalem mangkok itu gw tau namanya. Pokoknya laen kali kalo ke sana, boleh tuh ngunjungin warung itu. Nama warungnya lagi2 gw lupa..pokoknya belakangnya ada kata"delight" dan warung dia depan pintu masuk.

Udah mulai tengah malam....dasar bule! Nyarinya bir!!! Jadi lah si Tony ngajakin ke club favoritnya. Btw, karena gw nggak minum bir, duit gw dikembaliin SGD10. Jadi pada dasarnya gw cuma bayar SGD10 untuk makan sampe kenyang banget, dan full course.

Gila, baru cerita malem pertama aja udah panjang gini..padahal masih ada cerita dua hari lagi nih.

Hari ke-2, seperti yang gw katakan tadi, temen2 gw dari Bappenas udah tiba dan lagi terdampar di Orchard Road. Jadi setelah sarapan teh tarik dan epok-epok lagi restoran muslim gw pergi menjemput mereka yang dengan nekadnya belum mesen kamar dan nggak kebagian kamar hingga gw tiba di depan muka mereka. Udah telpon sana-sini penuh semua, ya udah gw bawa aja lagi ke Joo Chiat, untung dapet kamar di Hotel 81 Sakura yang letaknya persis di seberang Betel Box Hostel. Buat yang mau jalan2 hemat, tapi rame2, nggak usah nginep di backpacker hostel kaya gw, hotel2 kaya Hotel 81 (yang banyak cabangnya ini), Hotel Fragrance, dan NSS Hotel bisa jadi pilihan, karena murah meriah.


Hari ke-2 baru gw sadari kalo ternyata kebanyakan orang singapore nggak tau jalan dan nggak banyak apal rute bis. Soalnya setiap gw tanyain jawabanyya nggak pernah memuaskan dan nggak meyakinkan.
anyway, niat kita hari itu mau ikutan Ducktour (keliling beberapa area naek mobil amphibi bekas perang Vietnam), nggak nyangka sepanjang perjalanan dari turun MRT ke Suntec City tempat naek Ducktour itu gw bener2 nggak ngeliat matahari!!! Jadi begitu keluar kereta di stasiun City Hall, orang2 yang mau ke Suntec City diarahkan lewat Citylink yang isinya tokoooooooooooooooo semua sejauh mata memandang. Jadi deh nyangkut-nyangkut terus ngeliat2 yang lagi diskon.
Ducktour itu bawa kita ke bangunan2 bersejarah, esplanade, keliling sungai, dll.

Selesai Ducktour, waktunya makan malam, gak usah diceritakan kenapa 5 sekawan ini malah tiba di Orchard Road untuk mencari makan malamnya yang berbuntut kepada...susahnya nyari makan!!! Sebelumnya perlu diingat bahwa kami adalah penyuka makanan yang tidak mahal dan kami semua tidak suka babi. Jadi begini ceritanya...Pada restoran percobaan pertama yaitu di NYDC Restaurant yang diliat dari di mana dia didirikan, di Indonesia yang kaya gitu layaknya disebut kaki lima, tapi emang sih..penampilannya keren, makanannya European Cuisine. Udah duduk nih kita sambil ngurut-ngurut kaki yang udah pegel banget membawa kita ngeliat tokoooooooo mulu dari pagi. Kemudian datang lah buku menunya.....mmmmmm.....mahal?standar untuk makanan kaya gitu sih wajar...tapi tetep aja mahal, dan di samping nama2 makanannya banyak banget yang ada tulisan "PORK"-nya. Gimana nih?gimana nih? nggak enak hati nih makannya ntar, keluar yuuuu...tapi gimana caranya? masa langsung keluar?? udah bikin keributan dari tadi di sini (keributan sebelumnya nggak usah diceriatain), trus udah masuknya maksa, udah dibilangin tempatnya penuh kita tetep aja masuk dan nempatin t4 orang yang baru aja selesai makan. Dan Catuy pun beraksi, dia manggil pelayan dan kira-kira bilang, "I'm sorry, I see you serve pork here, but my friens is a moslem (sambil nunjuk ke kiki yang make jilbab), so she couldn't eat in a place where serves pork. Is it allright if we left??" kata pelayannya,"ok..ok". Cabut deh kita. Jalan kaki lagi nyari makanan. Duh....kok mall semua.....udah jalan beberapa ratus meter, ketemu deh sama mall yang menunjukkan ada food court di bawah. masuk deh kita. Nah lo......kok rame??? semua restorannya ngantri!! akhirnya kita membagi diri jadi 2 kelompok. yang satu ngantri di thai palace (yang di Indonesia juga ada), yang satu ngantri di spaghedies (makanan eropa lagi), maksudnya kita akan makan di t4 yang duluan dapet tempat duduknya. Udah jalan jauh, pake ngantri lagi!! Ternyata spaghedies duluan. setelah duduk, si catuy yang kakinya udah ekstra sakit2 langsung manggil pelayannya,
catuy : we need the menu, and please bring me ice!
pelayan: you mean ice water??
catuy : no, ice cube. you can bring it in a bowl or whatever!!
pelayan: oh i see. ok..ok..
dan sang pelayan langsung tergopoh-gopoh melaksanakan permintaan catuy. Nggak lama datanglah batu es duluan, dan langsung si catuy ngambil satu es untuk dioles2in ke kakinya.
trus dateng deh buku menunya....pas dibuka....."WHAHHAHAHAHAHA" bukan sekadar tulisan "PORK" lagi, kali ini ada gambar babi nyengir dan berbaring dengan perut gendutnya!!!! ANCURRRRRR...susah banget sih ah..dari tadi nyari makanan. Berdebat lah kita, nerusin mesen apa pergi lagi nih? tapi kaki udah capek banget nih. masa ngeluarin cara yang sama lagi kaya tadi?langsung kabur??? Eh meja sebelah udah selesai makan, langsung lah kita ikutan gabung ke mereka..pura-pura udah selesai makan!!! begitu keluar dari restoran...LARIIIII!!! geblek bener dah, untung pelayannya belum sempat nanyain pesenan. ternyata di sebelah spaghedies ada restoran tambuah mas...MASAKAN INDONESIA!!!!akhirnya.....
nggak kebayang muka pelayan tadi pas mau nanya pesenan kita dan tau2 mejanya kosong....wekekekekekekekek. dasar kurang ajar, masuk restoran cuma mau minta es batu doang!!!Pertanyaannya: es yang udah dipake di kaki catuy tadi dipake lagi apa nggak ya????

ternyata ya....seenak-enaknya Singapore..tetep enak di Indonesia!!! nyari makanan nggak susah, pilihannya beraneka ragam, rasanya macem2, banyak makanan unik, murah, porsinya gede-gede, mau punya rumah nggak susah lagi.

kaya belom puas jalan, kita pergi lagi ke Mustafa Center untuk beli oleh2. kabarnya mustafa center ini buka 24 jam (secara kita selesai makan jam 9 malem), dan isinya lengkap. ternyata setibanya di sana....kabar itu nggak bo'ong. emang sih tutup jam 3 pagi..tapi gw yakin tutupnya cuma bentar. dan yang paling penting...isinya SEMUA ADA!!!! edan bener deh...toko itu emang gede banget hampir segede 1 blok dan terdiri dari 4 lantai ke atas dan 2 lantai ke bawah. kita cuma perlu ngubek2 1 lantai untuk menuhin keranjang belanjaan dan menipiskan dompet.

Hari ke-3..Icha, kiki, ari, dan catuy harus pergi lagi ke Batam dari pagi karena pesawat mereka ke jakarta akan berangkat siang. gw pun kembali bertualang sendirian. tapi biarlah cerita petualangan hari terakhir ini gw simpen sendiri. (capek ngetik maksudnya). Yang jelas, kesimpulan perjalanan gw di hari ke-3....hati2 mesen mi rebus di singapore...karena bentuknya bukan seperti mi instan kecintaan kita di Indonesia, tapi mi gede-gede pake kuah gado2, dan dingin pula.